Kamis, 25 Agustus 2016

Tak Rela ILC menggiring Opini


Tayangan televisi pada acara ILC menampilkan perdebatan mengenai kenaikan harga rokok. Tak seperti biasanya, saya memang tidak suka menonton ILC yang menurut saya lebih sering dilakukan perdebatan tanpa solusi karena lebih banyak melakukan debat dengan emosi. Lain pada hari ini, pembahasan seputar kesehatan mendorong saya menonton untuk melihat bagaimana pandangan dan potret para stakeholder terkait isu ini.

Dalam hal ini saya tidak berbicara sebagai seorang pakar, namun ingin berbicara sebagai masyarakat dan sebagai seorang mahasiswi pascasarjana FKM UI. Ada beberapa poin yang ingin saya kritik dalam acara ILC malam ini. Selain itu, ada pesan-pesan yang mungkin dapat diambil dari pihak pro dan kontra sebagai pertimbangan masukan dalam menemukan jalan terbaik untuk masalah ini.

Pertama, adanya ketidakseimbangan komposisi penyampaian dari pihak pro dan kontra menimbul informasi tidak seimbang yang diperoleh oleh masyarakat. Kedua, adanya pihak-pihak yang menyampaikan perkataan-perkataan tidak beretika kepada Prof. Hasbullah. Ketiga, alasan-alasan dari pihak kontra cenderung tak logis dan tak memiliki dasar yang kuat.

Kritik pertama saya muncul dari tayangan ILC yang memberikan kesempatan kepada Prof. Hasbullah Thabrany singkat saja kemudian seluruh elemen berkepentingan terhadap rokok angkat berbicara dari sudut yang sama, kepentingan masyarakat miskin (tanpa dasar kepentingan yang mana, keuntungan yang mana dan seberapa signifikan). Berajam-jam menyaksikan, yang ada hanya tanggapan-tanggapan kontra nan emosional seakan sedang membela kepentingan masyarakat dan Prof Hasbullah beserta tim sedang menciderai rakyat. Begitulah opini yang ditimbulkan dari cercaan dan serangan pihak rokok terhadap pakar ahli ekonomi kesehatan. Jelas tak berimbang, berat sebelah. Sebagai orang kesehatan, sudah menjadi tanggung jawab kami untuk menyampaikan kebenaran tentang kesehatan meski itu pahit. Ini pun menjadi bagian dari memperjuangkan kepentingan bangsa. Dari semua tanggapan kontra, bagi saya hampir semuanya tak memiliki dasar yang logis. Salah satu yang logis ialah terkait dengan adanya potensi black market yang dilakukan oleh masyarakat. Mengenai hal ini saya setuju, perlu ada antisipasi terjadinya hal ini dan memang ada potensi akan hal itu.

Kritik kedua, terkait pernyataan tak beretika yang disampaikan beberapa pihak. Saya sebagai anak didik dari Prof Hasbullah Thabrany tidak terima dengan perlakuan pihak tersebut terhadap guru kami. Ini menjadi potret bahwa mereka yang mengatakan sedang memperjuangkan rakyat ternyata orang-orang yang tak beretika terhadap seorang guru. Pernyataan-pernyataan itu tak ingin saya sampaikan disini karena tidak pantas untuk disampaikan. Untuk itu, saya sebagai mahasiswa FKM UI dan mahasiswa di Indonesia sangat menginginkan adanya penertiban acara telivisi yang dapat memberikan dampak buruk terhadap budi pekerti anak bangsa. Apakah ternyata televisi yang mengajarkan anak-anak bangsa tidak sopan terhadap gurunya, seperti maraknya kasus murid terhadap guru saat ini.

Ketiga, alasan-alasan yang disampaikan pihak ketiga cenderung emosional tanpa dasar yang jelas. Mereka mengatakan bahwa memperhatikan kepentingan pekerja rokok namun menyampaikan juga terkait jumlah pekerja rokok yang menurun setiap tahunnya seperti yang terjadi di Kediri dari 40.000 pekerja menjadi 17.000 pekerja. Begitu pula di Kudus ialah 12 % dari jumlah penduduknya yang terkait rokok, 96221 dengan tangan dan 1.990 sudah menggunakan mesin. See? Kedepan siapa yang jamin? Dan coba dilihat mereka makmur tidak sebagai pekerja rokok?petani rokok? Mereka penghasil tembakau tapi justru miskin. Peran pemerintah pun kembali dipertanyakan. Bukankah sumberdaya alam dan isinya untuk kemakmuran masyarakat. Namun mengapa mereka penghasil tembakau tetap menjadi orang-orang miskin, siapa yang memperoleh kemakmuran akan berlimpahnya produksi rokok itu? Pihak kontra selalu membicarakan tentang pekerjaan, kemiskinan yang tak pernah dikaitkan dengan tujuan yang disampaikan oleh Prof Hasbullah yaitu kesehatan dan investasi masa depan. Perdebatan menunjukkan ego yang berbicara bukan perjuangan kepentingan bangsa untuk mencari jalan keluar. Dari pihak kontra mayoritas adalah orang yang tak bergerak dan terlibat dengan masalah kesehatan dan saya pun khawatir mereka adalah para perokok berat yang ingin tutup telinga mengenai dampak besar dari rokok itu sendiri. Dampak yang mengancam masa depan Indonesia.
Dari perdebatan panjang yang melelahkan, saya memperoleh beberapa hal yang perlu digaris bawahi yang beasal dari pendapat-pendapat pro dan kontra.
  1. Pihak rokok menganggap bahwa adanya dana dari Bloomberg Initiative menunjukkan bahwa adanya misi asing dari penelitian. Sejatinya seseorang yang telah melakukan penelitian melakukan proses panjang yang tak mudah. Re-search (mencari kembali) artinya penelitian ialah mencari kebenaran yang akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan begitulah yang disampaikan Prof Ascobat. Pada pihak yang menuding hal negative tersebut nampak tutup mata pada tujuan penelitian ini yang sesungguhnya, yaitu investasi kesehatan Indonesia. Prof Hasbullah telah menyampaikan bahwa aliran dana yang Bloomberg berikan tidak diminta imbalan ataupun keuntungan yang mereka bawa, murni diberikan sebagai donatur. Sedangkan pada industry rokok? Mereka membawa keuntungan mereka ke negara mereka setelah melakukan investasi. Mengapa tujuan investasi kesehatan ini lah justru yang dianggap kejahatan.
  2. YLKI menjaga konsumen dengan mendukung kenaikan rokok karena rokok bukanlah kebutuhan primer. Ada hak anak-anak, ibu hamil dan orang-orang yang terganggu dengan rokok yang perlu diselamatkan. Jika banyak pihak menuding Bloomberg Initiative sebagai alasan antek pihak asing, lalu apa kabar dengan industry rokok yang diboncengi oleh Philip Moris dll? Dan rokok merupakan produk yang tidak layak guna, bahkan masa expirednya saja tidak ada.
  3. Dari pihak kontra ada yang menyampaikan potensi black market pada masyarakat. Potensi akan membuat rokok yang tidak terstandar BPOM dapat terjadi. Saya juga mengalami keresahan yang sama. Hal ini perlu menjadi perhatian penting saat kenaikan rokok telah diberlakukan, tapi bukan tidak mungkin ada solusinya selama seluruh perangkat daerah dan pemerintah siap bekerja untuk itu.
  4. Dari IDI menguatkan bahwa ini adalah investasi jangka panjang untuk menghasilkan generasi emas yang memang dalam implementasinya tidak cukup dengan menaikkan cukai rokok tapi perlu ada regulasi lain. Adanya asupan nikotin atau kandungan rokok kepada generasi Indonsia dapat mempengaruhi kecerdasan anak bangsa.
  5. Perangkat daerah menyampaikan bahwa pemerintah sendiri masih dilema, adanya perdebatan antara dinas kesehatandan dan tenaga kerja saat membahas terkait hal ini. Adanya perbedaan orientasi menimbulkan sulitnya menemukan solusi. Ini menjadi PR untuk para pemimpin untuk menjadi orang yang mampu melaksanakan good governance.
  6. Pemerintah daerah mengharapkan dilibatkan dalam memutuskan kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pusat. Kebijakan kenaikan harga rokok ini (jika dapat) dilakukan dengan cara lain seperti yang dapat dilakukan sebagaimana pendekatan kereta api yang membuat peraturan sehingga tidak ada lagi yang merokok di kereta api. Jika pun kenaikan terjadi, stabilitas harus tetap terjaga.
  7. Adanya masukan bahwa penelitian yang dilakukan Prof Hasbullah seharusnya tidak hanya dilakukan oleh orang-orang kesehatan namun ikut melibatkan para perokok atau orang-orang yang mendukung industry rokok salah satunya dengan participant observatory agar mereka dapat menerima keabsahan hasil penelitian.
  8. Hal ini merupakan usulan dari pihak akademisi yang bisa jadi dilakukan bisa jadi tidak dilakukan oleh pemerintah karena banyak juga hasil penelitian akademisi yang tidak dijalankan. Nah, sampai kapan mau seperti itu?
Pada akhirnya, saya ingin mengajak semua masyarakat untuk mendorong upaya investasi kesehatan masyarakat di masa depan. Siapa yang telah melihat anak-anak berseragam merokok dengan nikmatnya di jalan? Hampir semua. Kita melarang merokok bukan karena ingin membuat miskin, tapi ingin mengembalikan makanan pokok bangsa ini adalah makanan bergizi bukan rokok!
Beberapa rumah tangga di Indonesia menjadikan salah satu pengeluaran terbesarnya rokok, di sisi lain anaknya tak bisa makan makanan bergizi, tak bisa bersekolah atau bahkan tak bisa berobat. Pengeluaran terbesar rumah tangga adalah rokok, di sisi lain belum ada saya dengar petani tembakau rokok Indonesia yang kaya raya. 

ILC seakan menggiring opini bahwa penelitian terkait rokok yang dilakukan ini memiliki kepentingan politis. Tapi kami percaya, langkah baik memang akan selalu diterpa angin kencang. Maka selagi bangsa Indonesia, kesehatan anak cucu bangsa kita yang sedang diperjuangkan, kita TAK BOLEH DIAM!!
Saya, atas nama bangsa Indonesia mendukung Kenaikan Harga Rokok dan mendukung penyejahteraan petani dan pekerja rokok! Mari temukan solusi terbaik untuk bangsa ini.

Siti Khodijah Parinduri, SKM
Mahasiswa Magister Manajemen Pelayanan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
Penulis Indonesia Positif



Sabtu, 30 Juli 2016

Tuhanku...Allah..Izinkan aku seperti mereka

Ada iri pada mereka...
Mereka yang punya kualitas waktu, menghabiskan waktu bersama Mu dan menghabiskan waktu utk kebaikan dan meraih Ridho Mu..

Izinkan aku seperti mereka, para ahli ibadah...para org berilmu, para kaya yg derma, para penghafal hamilat Qur'an..

Aku merasa kecil, aku tak punya apa2 utk bisa menjadi golongan yg dekat dengan Mu...berulangkali aku kalah pada diriku sendiri lalu aku gagal perbaiki diri..

Aku marah pada diriku sendiri tapi aku tak beranjak menuju Mu.tetap disini layaknya anak yg kebingungan karena tersasar...

Jumat, 29 Juli 2016

Menangis caranya..

Hampir sebulan lebih setiap harinya ada saat tiba-tiba menangis..
Alasannya beraneka ragam,yang jelas adalah itu sebagai cara membuat diri lebih baik, melepaskan sejenak sesak yg dirasa. Benar kalimat-kalimat bijak yang mengatakan bersyukurlah saat diberikan ujian karena saat itu mjd moment meningkatkan kualitas diri...Dulu angin terpaan, sakit dan luka dari luar justru membuat kita kuat dan bahagia pada akhirnyaa.. Kini, melawan diri sendiri terasa amat berat dan menyiksa..mungkin aku hanya belum lulus, hingga msh harus terus belajar utk melawan diri sendiri. Tangisku tumpah, senyumku berkurang dan tawaku sesaat.. Begitu rasanya, hampa dan kesepian di tengah keramaian..

Jumat, 22 April 2016

Bosan

Bosan, iya ...bosan dengan sgala kesibukan ini...keramaian dan hiruk pikuk kota jabodetabek...

Tapi ada yg bilang, bisa jadi ada sso yg memimpikan berada di posisimu, maka bersyukurlah...

Bosan, layaknya ada yg hilang..
Iya..target bahasa arab dan hafalan itu hendak diapakan?

Rindu bemunajat dalam malam...
Bosan disibukkan dgn sgala rutinitas dunia..tp mnyerah bukan pilihan.

Jumat, 19 Februari 2016

Perjalanan Peneliti IDBP


My work my adventure..
BIssmillahirramanirrahim, Segala puji bag Allah pencipta alam semesta..
Perjalanan kali ini menginjakkan kaki kembali di pulau Sulawesi, kini Sulawesi Utara yang akan ditemui. Perjalanan berawal dari mendaratnya pesawat di Bandar udara Djalaludin, Gorontalo kami langsung melanjutkan perjalanan menuju kantor-kantor pemerintahan. Dinas peternakan, lalu mencari sampel kemudian ke dinas pertanian dan juga ke dinas pertambangan. Selesai memperoleh sampel kami pun mencari penginapan di gorontalo. Merina tinggal di Bams homestay dan kami di salah satu hotel sekitar. Satu hari seharga 200.000. Keesokan harinya, kami menuju desa yang dituju dan kembali menginap di bams homestay dengan harga 200.000 per malam, kami mencicipi “milu siram”, sejenis makanan khas gorontalo yaitu jagung yang diberikan kuah diberi daun kemangi, ikan dan bumbu, tak lupa rica-rica alias cabe, harganya 5.000 saja;). Rasanya, not bad, tapi karena makanan baru jadi agak sedikit aneh, biasanya kan jagung dimakan dengan dibakar atau direbus terasa manis. Next kuliner, ada Woku, ikan yang dimasak dengan rempah-rempah, mirip seperti ikan asam manis tapi berbeda , woku lebih kental dan pedas. Belum lagi tinutuan alias bubur manado, ini enak. Mie yang dicampur dengan ubi yang dihancurkan dengan kuah kental berwarna kuning. Ada juga makan mie cakalang, wiih enak rasanya, apalagi ikan suirnya di atas mienya. Selama perjalanan kami banyak mengonsumsi “Tahu” isi yang rasanya enak, berbeda dengan tahu isi yang biasa ada di medan atau bogor. Rasanya lebih tasty dan diisi dengan bihun, gurih dan bikin ketagihan. Berbicara tentang makan, saya juga makan di airport,lupa menanyakan namanya, tapi yang jelas enak, ikan yang disuir-suir dan diberi bumbu berwarna coklat mirip rending tapi rasanya berbeda. Untuk kuliner di Sulawesi selama perjalanan saya amat terkesan dengan ikan bakar di bolmut, matap tiada tara, dijual dengan cara kita memilih ikan yang ada lalu langsung deh dibakar, untuk harga sesuai berat ikan. Saya makan setelah perjuangan menaklukan kuisioner, semakin nikmat. Rasanya manis,gurih dan lengkap dengan sambal dobu-dobu.dan sepiring sayur kangkung tumis yang lebih banyak batangnya dibandingkan daunnya, hehe. Tapi enaknya berkesan banget. Bicara kuliner, sepertinya Sulawesi Utara perlu mendapat like yang banyak dari saya, saya sangat menyukai masakan-masakan yang masuk ke perut selama di Sulawesi, baik yang bayar maupun gratis dari para ayahanda dan ibunda ataupun sangadi dan keluarga.
Sulawesi Utara, berjalan dengan mobil menyusurinya, membuat mata sangat dimanjakan dengan pemandangan indah barisan bukit-bukit dan hamparan laut yang amat biru.Jalannya berliku-liku, tentu membuat perut sedikit dikocok dan mual. Namun sayang rasanya jika perjalanan harus dilewatkan dengan tidur sepanjang jalan. Apadaya perut mual membuat saya pun memilih tidur, hingga tiba-tiba terbangun, bak mimpi berada di syurga. Belum sadar 100% saya sudah langsung disuguhi pemandangan luar biasa, membuat hati bergetar dan mulut berdecak kagum. Jendela mobil terbuka, hamparan bukit-bukit yang mengeliling ditambah dengan pemandangan pantai dan laut dengan warna biru berlapis-lapis mulai dari yang berwarna biru muda hingga biru tua pun terlihat jelas, ditambah lagi barisan pohon kelapa yang seakan disipilin berbaris, ditambah langit biru yang indah, bersih dan terang. Semua keindahan itu menyatu dalam satu pandangan selepas tidur, bagai mimpi tapi ini nyata^^, MasyaAllah…
Tentang biogas
Banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu biogas, namun beberapa sudah mengetahui bhakan beberapa telah menggunakannya sebagai bantuan dari dinas pertambangan yang karena telah memilki Dana Anggaran khusus untuk biogas. Secara kondisi masyarakat yang rata-rata memiliki sapi sejumlah dua ekor ini memang cocok sebagai sasaran dalampenggunaan biogas, namun ternyata terdapat beberapa kejanggalan yang membuat biogas ini kurang maksimal.
Saya pun dipertemukan dengan kelompok ternak bernama keong mas yang sangat berkesan bagi hidup saya dalam ruangan balai desa dalam FGD yang amat menyenangkan.
Begitu juga saya menemukan instalasi biogas bantuan pemerintah yang telah terpasang namun sayang tidak dimanfaatkan secara maksimal.
To be continue………….
Tentang perjalanan House Hold Survey…
Beginilah mungkin seharusnya seorang pemimpin mengenal rakyatnya, door to door, dan kau pun akan mengenal bagaimana perangai rakyatmu, bagaimana kehidupan mereka dan bagaimana tunbuh simpati maupun empati dimulai dari sambutan hangat.
Terima kasih atas setiap sambutan hangatnya.. Meski diawal terlisat sedikit sangar^^ hehe
Bagaimana dianggap peminta sumbangan ataupun diolok-olok.
Waktu di Boliyohuto, siapa tidak terkejut ternyata saya memasuki daerah yang terjangkit flu burung. Saat di Boliyohuto, tempat dimana pertama kali kami memulai survey rumah tangga. Begitu semangatnya, banyak pintu terbuka. Awalnya masyarkat agak enggan menerima, setelah menyatakan diri tinggal di rumah ayahanda barulah sedikit mencair dan mulai menerima. Ialah boliyohuto, aku menemukan satu rumah yang memiliki ternak ayam dii dapurnya. Saat ditanya, ibu punya ayam berapa bu? Ia pun tak enggan menyatakan, yah kalau ayam mau diurus gimanan juga kalau musim sakit kena semua, kembali bertanya memperjelas. Ibu pun menjelaskan, disini kalau lagi musim flu burung banyak mati ayam, baru-baru ini banyak yang mati karena flu burung itu.sepertinya masyarakat memang mulai meningalkan ternak ayam karena sudah dijangkit flu burung tersebut. Begitulah saya baru memahami maksud “sakit” oleh masyarakat yang sebelumnya pun telah ada yang mengatakan namun saya tak meperpanjang dengan pertanyaan. Saat itu saya terkejut, ibu ini masih berani menyimpan ternaknya di dalam rumah, apalagi dapur. Saya pun sedikit kaget, bahwa telah memasuki daerah yang banyak terjangkit flu burung, pada burung.
Kata-kata yang sering diucapkan
Kasian
Kitape
Dang
Rica-rica
Ayahanda
Ibunda
Sangadi

Keluarga baru di Sulawesi
Pak siswanto, penggerak dan ketua kelompok ternak yang sedang berusasha untuk membuat biogas.
Ayahanda Tambolang, tempat menginap, dikasi maka, diantar ke bolangitang timur lagi..
Pak Relli, asik diajak ngobrol, kisah inspiratif seorang peternak yang dua anaknya sedang kuliah. Ia adalah salah satu peternak yang memiliki jumlah sapi sekitar 7, kadus dusun 1 tambolang.
Sangadi Bolangiang timur, tempat tinggal, makan enak dan ketemu anak-anak baik, mimi, iyes dan si vania lucu..
Pak Ukan, the best kabid peternakan, yang bantu untuk dapat tumpangan di desa-desa, sampai didatangi ditanyai kabar dan difasilitasi untuk FGD.
Pak medi, ketua kelompok ternak kepremis, yang menyediakan tempat FGD, makanan dan tumpangan untuk ke boroko. Bertemu istrinya dan keluarganya yang dulu juga pernah di bogor, aah kirang lama canda tawanya.
Pak sopir dari boroko ke kwandang, gorontalo. Selama perjalanan kurang lebih 3 jam kami habiskan dengan bercerita, tentang asal, lagu, hingga keluarga. Sampailah pada kisah inspiratifnya. Ialah bapak dari seorang anak bangsa yang tengah meraih gelar master di Universitas Gorontalo. Pak Ugo yang merupakan seorang supir taksi gelap sebutan untuk mobil rental lalu lalang yang siap mengantar perjalanan manado gorontalo. Ia menceritakan bahsa sejak SMP anaknya sudah dilepas dan mengurus sekolah sendiri, hingga kuliah, anaknya sendiri yang mengurus memperoleh beasiswa dari pemerintah. Betapa bangganya sang ayah, hingga iya tunjukkan mobil yang sedang dibawanya merupakan pemberian sang anak, buah sukses anaknya. Berbeda dengan anaknya yang pertama, anak keduanya hanya bersekolah sampai SMP, namun ikut pekerjaan ayahnya, membawa mobil rental. Kesal keluhnya, karena ingin anak laki-lakinya tak sepertinya, sekoolah lebih tinggi, namun anaknya memutuskan untuk berusaha seperti ayahnya. Hidup memang pilihan, namun anaknya bertanggung jawab pada pilihannya, kini ia sedang menekuni pekerjaannya dan menghidupi keluarganya. Kisah inspiratif lainnya, saat ia ceritakan bahwa di Sulawesi masih ada hutan dimana berisi manusia seperti tarzan, tinggal di hutan, tidak mengenal uang dan takut dengan penduduk luar, jika didatangi akan lari. Mereka hidup di hutan dan terkadang turun mengambil makanan orang-orang di pinggir hutan. Berulang kali aku memastikan, dan pak ugo terus mengiyakan. Ada lagi kisah perang antar kampong yang dapat terjadi dan bisa menelan korban, karena perang menggunakan parang. Masih ada pak yang seperti itu….iyaa… aku hanya terdiam, speechless. Pak Ugo menawarkan tumpangan tidur untuk kami, sayangnya airnya mati hingga akhirnya kami mencari hotel, pun saat mencari hotel kami pak ugo menanyakan harga dan memastikan apakah cocok, sudah 2 hotel tak dapat juga. Pak ugo sabar mencarikan dan memastikan harga terjangkau, sesekali membantu menanyakan. Akhirnya kami memperoleh cukup jauh, iya…dari kebaikannya aku belajar tentang berbuat baik. Sampai di hotel yang harganya cukup mahal tapi karena tak ada pilihan kami pun memutuskan tinggal disana. Setelah berpamitan dengan pak ugo, menutup pintu, tak lamapak ugo pun menngajak kami makan malam, karena lokasi hotel cukup jauh dan waktu sudah malam sekitar pukul 21.30 WITA. Kami pun mencari makan, jauh, sesekali ada warung kecil,, tapi pak ugo tak ,mau kami makan disana. Akhirnya makan di warung baso, kami pun dibelikan 2 botol aqua besar dan kembali diantar pulang. Bagaimana kebaikan akan terus membekas. Terima kasih pak. Kami pun saling bertukar no hp, siapa tau kami berjodoh dengan orang Sulawesi katanya, aiiih bapak…aku Cuma bilang jodoh siapa yang tau pak…(setiap kota yang ku singgahi aka nada keluar kata itu, siapa tau jodoh kamu disini nak..hehe aku Cuma berdoa, bisa dipertemukan dengan yang sama-sama mencintai Indonesia dan yang akan membuatku semakin dekat dengan Nya dan keluargaku, bukan yang malah menjauhkan..
Ditulis 21 Agustus @Saronde Island
Pulau Saronde
Start your wonderful experience…Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian sepertinya cocokuntuk perjalanan kami ini. 2 surveyor IDBP melawwan terik panas berjalan menuju rumah-rumah yang dengan kelapangan hati menerima kami, layaknya pengantar proposal yang meminta bantuankah? Sampai ada nenek yang mengatakan ada yang minta sumbangan. Aiih ibu.. ada pula yang menganggap kami sebagai sales yang menjual barang, ada pula yang menganggap kami sebagai utusan pembawa bantuan untuk kelangsungan hidup mereka,ada pula yang berharap kami adalah penyampai aspirasi kepada para penguasa negeri ini, yang dengan keputusannnya sungguh memberikan pengaruh terhadap hidupmereka, kelangsungan masa depan mereka dan anak-anak mereka.Perjalanan dari desa ke desa, dengan kaki kami lalui dari rumah ke rumah, melewati beberapa kebun jalan yang menanjak pun terik. Awalnya, wajah mereka penuh tanya dan curiga, tapi bersyukurlah setelah berbincang-bincang suasana ,encair dan mereka begituterbuka dan ramah. Hingga di beberapa rumah terasa bagaikan menemukan keluarga baru ataupun inspirasi baru. Kami lakukan tanpa istirahat berlama-lama, cukup dengan makan siang kami terus kembali melanjutkan,bahkan malam pun kami tembus untuk mencapai target, hingga kami menemukan gugus bintang yang amat banyak, belum lagi bulan yang terlihat begitu jelas, langit yang tak bisa lagiditemukan di kota kelahiranku kini. Yap, semua selesai atas ridho Nya, bantuan saudara-saudara di Gorontalo dan Bolmut, semua yang telah membantu menyukseskan. Dari yang member petunjuk jalan,membawakan tas, bentor, informan, sangadi, ayahanda,peserta FGD, dinas peternakan, dinas pertanian, dinas pertambangan, dinas kehutan yang sangat kooperatif. Terima kasih banyak. Bermodalkan searching,kami pun memutuskan menghabiskan sisa1 hari kami ke pulaau saronde. Survey selesai tepat pukul 5 sore, hingga kami pun ke terminal angkutan, sebutan masyarakat meski ga ada angkutan berjejer disana, hehe. Kami terlambat, sebelum kami datang ada angkutan yang sudah lewat dan akhirnya kami menunggu angkutan selanjutnya. Kami menanyakan kembali memastikan apakah ada angkutan lagi? Kami memang mengusahakan untuk berangkat mala mini juga, khawatir perahu umum yang kami kira beroperasi pagi saja kami lewatkan. Akhirnya kami pun mendapat bantuan bapak-bapak untuk memperoleh tumpangan, syukurmya bapak tersebut seorang bapak dari anak perempuan juga sehingga layaknya bapak ia memperlakukan kami, meski di awal agak takut karena sudah malam hari, tapi Allah Maha Pelindung mempertemukan kami dengan orang yang tepat. Ia memastikan kami tinggal di hotel yang baik dan terjangkau bahkan makan malam. Selesai petualangan kami ngebolang di malam hari.
Pagi hari, dengan semangatnya kami berangkat menuju pulau saronde pukul 06.45 dengan bentor. Sampai di pelabuhan kwandang, kami disambut banyak orang yang menayakan mau kemana dan saran untuk sewakapal dengan harga 350.000, kami terkejut dan mulai menunjukkan kantong kami yang tak memadai untuk itu. Barulah bapak-bapak tersebut satu per satu mundur dan memberi kesempatan untuk kami berunding dan mempertimbangkannya. Mungkin kasihan melihat kami,diturunkan jadi 325.000 diantar dan dijemput dengan selamat insyaAllah, hehe. Selama di sulaawesi ini, kami menemukan kearifan local, bahwa mereka harus membantu sesama, seringkali mereka juga mudah mengatakan kasian (kalau dengan logat mereka kasiang). Setelah berunding, sepertinya uang kami tidak cukup,tapi kami tetap memutuskan untuk berangkat. Akhirnya kami kembali membayar bentor untuk ke atm, saat itu menemukan penjual kue dan kamipun membeli beberapa kue dan kembali ke pelabuhan. Awalnya memang berat mengeluarkan uang sebesar itu, tapi juga berat melepas mimpi kami menginjakkan kaki di pulau kecil itu. Yey..it started!! This is the first wonderful journey of Saronde Island. Aku menemukan laut biru, langit biru dan hamparan pulau. Air saat itu cukup tenang hingga perahu tak terlalu memberikan guncangan terhadap kami, sesekali aku berdiri melihat sekitar, lalu mengeluarkan Hp untuk mengaabadikan kedahsyatan perjalanan kami, aku terus berdecak kagum. Lalu aku duduk di bagian depan perahu, gemercik air menampar tubuh, bagaikan air di laut itu menyanya tpa memberikan sentuhan kesegaran yang tentunya membuatku semakin penasaran pada Saronde Island, tapi setidaknya sudah ada sedikit clue, Saronde Islan pasti Indah!! AAh Indonesiaku, sayangnya tak banyak yang tahu tentangmu, bahkan anak bangsamu sendiri. Hanya karena kalah tenar dengan iklan Malaysia, jepang atau singapur dalam acara tv ataupun sekedar iklan pariwisata.
Perjalanan kami bertiga di air sekitar 30 menit, dengan perjalanan yang amat menenangkan dan 325.000 itu sangat terbayarkan. Sampai di pulau saronde, kami hanya bertiga, pulau tersebut tak berpenghuni, bapak yang membawa perahu pun membawakan tas kami, mengantarkan dan membantu mencari penjaga pulau tersebut, tetap tidak ada. Kami menunggu di tempat duduk sambil mencoba menghubungi cp yang tertera, sedang aku terus berdecak kagum melihat panorama yang indah luar biasa, tak menyangka akan dapat melihat sebuah keindahan yang amat indah, langsung terbesit dalam hati apa lagi syurga Nya? Aku semakin takjub pada Nya, aku terus ucapkan kata Fabi ayyi aala irabbikuma tukadziban. Bapak pembawa perahu pun izin pulang dan meninggalkan kami,tentunya ia sudah menunggu lama, iaharus mencari nafkah dan kami pun persilahkan beliau. Kami berusaha hubungi kembali dan akhirnya datang laki-laki yang merupakan penjaga pulau tersebut, dan kami ditawarkan cottage di laut yang harganya 300 rb, tapi tidak ada toilet dan cottage darat yang paling murah ialah 350 rb. Akhirnya kami tinggal di cottage darat. Tas pun dibawa olehnya dan kami masuk ke kamar, kami tanyakan perihal makan, beliau sampaikan ada tapi cukup lama menunggu, tak apalah.. akhirnya kami bermain terlebih dahulu, pus sepuas-puasnya.. ada pantai yang siap menghadirkan panorama warna air dari biru toska, biru laut, biru langit, dan barisan pulau-pulau kecil lainnya maupun barisan bukit dari kejauhan, ada lagi cottage yang menjadi baian pemandangan indah. Bermain dipantai ternyata cukup membuat lelah melawan ombak yang terus memukul tubuh ini. Berjalan sedikit akan menemukan air tenang bak kolam renang yang dapat digunakan untuk berenang tanpa gangguan ombak. Yap Indonesia memang tidak terbiasa berenang di laut, takut hanyut ah..hehe.. aku coba kembali kemampuan berenangku, meski itu landai, tidak terlalu dalam tapi aku busa juga ngapung dan berjalan maju. Air yang sangat jernih membuat bagian yang masuk ke dalam air terlihat, saat memasukkan kepala sambilberenang, aku bisa melihat pasir dan beberapa kulit kerang. Pasir putih Saronde Island menambah keindahan air yang berwarna biru itu. Keindahan yang sempurna. Tempat ini adalah Saronde bagian Timur, dimana tempat kita pun dapat menyaksikan sun rise.selesai bermain dengan air, kami pergi menuju cottage lalut yang memberikan panorama indah bak berjalan di atas air dengan jembatan panjangnya, hentakan obak menambah sensasinya, ditambah angin yang terus mengibaskan pakaian, kami pun mendapatkan view yang sangat dahsyat disana, terjadilah sesi pemotretan. Lengkap memang keasyikan di pulau saronde ini, bagaikan pulau saronde milik sendiri, kemanapun berlari apapun yang dilakukan sungguh bebas!!Selesai perjalanan pagi menuju siang kali ini, kami beristirahat di cottage.
Nyaman dengan angin yang tidak terlalu kencang dikelilingi pepohonana namun birunya laut masih Nampak dari kejauhan. Aku mengambil Al-Qur’an membaca ar-Rahman lalu tertidur dengan pulasnya di balkon cottage, nikmat, lalu terbangun. Aku membersihkan diri dan solat, terasa lapar kami tak punya makanan, lalu kami tidur, tetap tak ada tanda pesanan makanan datang, lanjut kembali tidur menahan lapar. Hingga selesai kami tidur kami kembali menyapa pantai saronde, nasi belum juga ada. Kami bersiap dan berjaga untuk moment sunset di pantai saronde bagian Barat. Mulailah ditemukan pengunjung lain yang sekedar bermain lalu pulang. Yap saronde milik kami pada hari itu. Sunset pun tiba, HP mati untuk sekedar mengambil satu kali jepret saja begitu juga dengan ipad ula yang hampir mati, meski masih bisa beberapa jepret. Di pulau Saronde tidak ada listrik di pagi harridan siang hari. Pada hari itu listrik baru ada sekitar pukul 8 malam. Barulah kami bergegas mencash semua gadget. Aku duduk di depan cottage dan mencoba merangkai beberapa kata, sangat nyaman. Tak lama mendengar para penjaga bernyanyi, tek sekejap tersadar kalau hanya kami berdua perempuan di pulau itu. Aku langsung melihat ke dalam, ula sudah tidur. Aih,aku langsung masuk dna mengunci pintu. Tiba-tiba terpikir, benar-benar nekat kami ya. Meski hati pun percaya bahwa mereka adalah orang-orang baik yang telah merawat pulau indah ini, tapi tetaplah harus waspada dan menjaga diri, aku tak mau ambil resiko. Malam itu aku habiskan dengan laptopku.
Keesokan harinya, setelah subuh sudah adajadwal yang harus aku temukan adalah sunrise!!

Keajaiban air naik dan turun. Pagi hari air nai dan sore hari air turun.

Adrenalin Kuliah Semester 2

when i was confusing on all the things i have to do at the same time...

Saat ini itu lagi pusing-pusingnya dengan tulisan disertasi orang yang harus diselesaikan belum lagi dosen-dosen semester 2 ini yang keren-keren (baca:membuat adrenalin meningkat saat masuk kelas).
Seriously, i feel a stupid person now. Semakin belajar semakin merasa tidak ada apa-apanya. Semakin pengen S2 bidang lain dan S3, aah ilmu itu emang luas seluas-luasnya.

Saya ingin mencoba meringkas hasil kuliah 2 minggu ini, meski banyak pelajaran yang sebenarnya tak bisa seluruhnya dituliskan dalam kata, namun setidaknya teman-teman bisa memperolehnya meski tak berkuliah di UI. Karena UI dengan namanya Universitas Indonesia adalah milik Indonesia, semua berhak untuk menyicipinya;).
Di atas langi masih ada langit, begitulah UI mengajarkan kami, untuk terus melangit, menjadi seseorang yang berada di top level. Saya sebelumnya pernah mengalami suasana ini, saat SMP dan SMA kemudian saya diceburkan di lingkungan kampus yang minim kepercaya dirian, bahkan tak sedikit yang underestimate pada dirinya sendiri. Kini kembali dipertemukan dengan kondisi lingkungan yang selalu mendorong kami untuk jadi top level, tapi setelah disini saya mengerti makna menjadi top level itu. Bukan kita menjadi nomor satu, bukan sekedar menjadi orang terhebat, tapi menjadi seseorang yang bisa diandalkan hingga siap untuk menebar manfaat.

Semester 2 ini cukup padat dan penuh dengan mata kuliah yang aplikatif, mendorong kami untuk menuli. Hakikat menulis ialah banyak membaca. That's the poin. Beberapa mata kuliah mendorong kami untuk terus membaca dan menulis dengan output yang jelas, yaitu artikel ilmiah dan proposal thesis.

Mari mulai dengan sedikit ulasan mata kuliah penulisan ilmiah. Ialah Prof.drh Wiku yang menjadi penanggungjawab mata kuliah tersebut. Sebelum pertemuan pertama di kelas saya telah bertemu dengan beliau, menikmati beliau mengajar dan membimbing dengan ide-ide brillian beliau dan pertemuan terakhir kami ialah di bandara makasar beliau bertanya, apa cita-cita saya dan saya pun menjawab menjadi seorang dosen, semoga dosen yang semakin baik dari apa yang beliau ajarkan. Tibalah pada pertemuan pertama di kelas mata kuliah penulisan ilmiah, beliau sampaikan bagaimana menjadi seseorang yang berhasil dalam membuat tulisan. Poinnya adalah BACA!! BACA!! dan BACA!! Adrenalin meningkat saat beliau sampaikan "ketika bukan mahasiswa dan dosen yang salah, siapakah yang salah? sistem, iya bisa jadi sistem yang salah, yaitu sistem rekruitment UI yang bermasalah sehingga orang-orang yang tidak qualified masuk UI, sehingga tidak nyambung antara dosen dan mahasiswa, dan semoga kalian bukan salah satunya." From that time, i really have a promise to give my best and prove that i am qualified to be a student of University of Indonesia. Beliau sangat membuka pemikiran betapa kita harus punya mimpi besar, kerja besar dan pencapaian besar yang ujungnya adalah kebermanfaatan untuk banyak orang dan melalui beliau saya memahami makna urgensi penulisan ilmiah dan dampak besarnya yang sesungguhnya, bukan sekedar untuk syarat lulus. Ada beberapa trik yang beliau sampaikan salah satunya adalah cara mencari literatur, menggunakan mind map (freedownload mind maple, lumayan untuk bikin catetan), dan menghindari plagiarism. Untuk mencari literatur, kita jangan terpaku dengan bahasa Indonesia, carilah penelitia-penelitian di negara lain seperti China, Belanda, Arab dsb. Gak ngerti bahasanya, gunakan google translate. Caranya, ketik kata kunci di google translate misalnya China lalu copas dan masukkan kembali ke search engine dan lakukan kembali ke google translate untuk menerjemahkan artikel yang muncul, Nah kita bisa menjelajah dunia. Begitulah Prof Wiku memberikan first immpression yang membangkitkan semangat.

Selanjunya, Pak Adang Bachtiar ketua IAKMI, beliau mengajar mata kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif. Disini Adrenalin pun semakin menjadi-jadi, kami diberikan 600 e-book dalam bahasa Inggris. Sebelum memulai perkuliah, beliau memotivasi untuk menyelesaikan perkuliahan kami hanya dengan 3 semester dan disertai doa, gak main-main buat komitmen 3 semesternya. Beliau menyampaikan cara mengajar yang akan diterapkan, beliau menceritakan salah satu perjalanan kisahnya yang membuat beliau bekerja keras dalam menyelesaikan disertasinya, ialah dengan sebuah cambuk besar, dengan diterjunkan. Kita semua harus siap dalam segala kondisi, kapanpun diminta harus siap. Tiba di penyampaian beliau yang amat membuat saya suka pada cara beliau mengajar. Ini saya lakukan untuk membuat kalian menjadi orang-orang terbaik, tapi selain itu saya punya keterbatasan karena saya sebagai seorang ketua IAKMI, saya punya kewajiban untuk menyampaikan apa itu kesehatan masyarakat ke pelosok Indonesia . (Iya pak, benar pak..saya ikhlas, seluruh mahasiswa berhak berkenalan dengan anda dan merasakan spirit of public health). Beliau membuat saya mengerti bahwa ketidakhadiran beliau ialah menjai bagian dari kontribusi kami juga untuk Public Health(merasakan bagaimana dulu kuliah, bukan tidak mampu teman-teman di kampus, mereka hanya belum memahami apa itu public health).Di akhir kuliah pertemuan pertama ini, beliau memberikan spirit bagi kami, dan saya pun menjawab dengan penuh keyakinan, SAYA SIAP PAK!!

Matakuliah baru buat saya, Manajemen Keuangan.. ini mata kuliah yang sedap. Dosen Favourite kami se MPK. Ialah beliau Bu Prastuti Soewondo alias Bu Becky. Disini kami diajarkan oleh pakar BPJS, banyak tercerahkan mengenai ruwetnya dan bagaimana BPJS itu diperjuangkan. Beliau mengajarkan kami untuk menjadikan catatan keuangan sebagai sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan kami, bagaimana laba rugi dikelola melalui akuntansi biaya. Banyak cerita beliau yang membuat kami paham. salah satu yang saya ingat adalah, don't put your egg in one basket. Dalam investasi, jangan hanya dilakukan di satu tempat.

Masih banyak lagi, What a wonderful journey. Siapa bilang ini sulit, dan siapa bilang ini juga mudah..? Perjalanan ini adalah untuk kita syukuri dan nikmati prosesnya. Semoga bisa terus sampaikan appa yang didapat di kelas untuk banyak orang..Belajar memang menyenangkan^^

Terima kasih dosen-dosen hebat, yang ikhlas membantu kami melawan keterbatasan dan kemalasan kami..I love youu..

-saat ruwet, rehat dikit dengan menulis-
sikho @perpus FKM UI
16.16 WIB
19/2/2016
Indonesia;)
Penulis #IndonesiaPositif